pementasan KOMSAN 12-13 November 2010

pementasan KOMSAN 12-13 November 2010
kucak kacik

Rabu, 20 Maret 2013

HAH Komsan STAIN Pontianak, Parade Teater Khatulistiwa 2013























pementasan teater “HAH” oleh Komunitas Santri (KOMSAN) STAIN Pontianak

Kemiskinan merupakan salah satu penyakit sosial ekonomi berlarut-larut yang melanda Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dari ukuran kehidupan modern pada masa kini orang miskin tidak bisa menikmati fasilitas pendidikan, pelayanan kesehatan, dan kemudahan-kemudahan lainnya yang tersedia. Kemiskinan adalah musibah yang harus dihapuskan dari masyarakat. Sebab konsekuensi kemiskinan adalah kekafiran yang dianggap sebagai sebuah kejahatan. Maka Islam dengan tegas melarang seorang muslim berpangku tangan, bermalas-malasan, menyia-nyiakan waktu, atau melakukan hal-hal yang tidak produktif. Rasulullah saw selalu berdoa agar terhindar dari kelemahan, kemalasan, kezaliman, dan hutang yang akhirnya membawa kepada kemiskinan. Ali bin Abi Thalib k. w. berkata, andaikata ada seekor ular berbisa dan kemiskinan, maka pasti akan saya bunuh (hapus) kemiskinan dulu.

Komunitas Santri (KOMSAN) STAIN Pontianak dalam rangka Parade Teater Khatulistiwa 2013 berencana  membawakan naskah yang berjudul “HAH“ karya Putu Wijaya. Sebagaimana yang diketahui bahwa kegiatan Parade Teater ke-4 ini merupakan even tahunan komunitas-komunitas teater dan kesenian terbesar di Kalimantan Barat yang di pelopori oleh Forum Masyarakat Teater (FORMAT) dengan rentang waktu pelaksanaan selama 46 hari terhitung dari tanggal 02 Maret hingga 15 April 2013 di UPT Taman Budaya Kalbar. kegiatan ini di ikuti sedikitnya oleh 24 grup teater, baik dari grup teater umum, kampus, maupun teater pelajar. Naskah “HAH” yang akan KOMSAN bawakan tersebut akan di sutradarai oleh Totok Satrio Rahardjo yang merupakan murid dari almarhum W.S Rendra.
“HAH” sendiri merupakan ungkapan ke-terkejutan seseorang atas suatu keadaan yang tidak lazim. Naskah “HAH” mengungkap sisi lain dari kehidupan sekelompok manusia ditengah jeratan kemiskinan absolut dimana ‘kemapanan’ materil dijadikan tolak ukur dalam interaksi sosial keseharian.  “HAH”  itu sendiri bisa juga kita artikan sebagai kalimat atau ungkapkan sinistis ketika realitas kongkret berbenturan dengan harapan dan cita-cita luhur kehidupan, bahwasanya himpitan ekonomi yang terjadi disalah satu keluarga dapat merubah pola fikir dan tujuan hidup keluarga tersebut, bahkan dapat pula mempengaruhi lingkungannya. Dalam keadaan di-miskinkan seseorang “HARUS” melakukan apapun demi memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
Naskah “HAH” ditulis oleh Putu Wijaya pada akhir tahun 1980-an dengan mengambil setting kehidupan keluarga miskin yang tinggal di perkampungan kumuh, terhimpit oleh keadaan ekonomi yang memprihatinkan membuat keluarga tersebut mengambil langkah-langkah untuk bertahan hidup. meski harus melanggar aturan hukum dan kaidah agama. Akibatnya keluarga itu dikucilkan oleh masyarakat dan lingkungannya. Suatu ketika keluarga tersebut mendapat uang seratus juta dari hasil perjudian/LOTRE yang dipasangnya, dan sejak saat itu tidak hanya keluarga mereka yang berubah seketika......
Konflik merupakan esensi dari pementasan teater. Dengan demikian, teater pada dasarnya merupakan pencerminan dari realitas kehidupan di masyarakat yang berisi tentang pertentangan-pertentangan baik fisik, psikis maupun pertentangan ideologis. Bahwasanya pertentangan-pertentangan tersebut saling membentur sehingga membentuk rangkaian peristiwa yang menjadi padu, dalam pengertiannya, konflik merupakan salah satu pemicu yang menggerakkan kehidupan sosial ekonomi masyarakat kearah perubahan menuju keluhuran tradisi dan budaya. Dengan tetap memperkuat konsep psikoanalisis dan absurdisme, dengan bebekal berbagai macam referensi maka naskah “HAH” Komunitas Santri pentaskan sesuai dengan konsepsi kepenulisan ala Putu Wijaya dengan megedepankan teror mental. yaitu usaha-usaha untuk memberikan pencerahan dengan kejutan, dengan pematahan atau pembalikan yang tiba-tiba.
 “HAH” sendiri menggambarkan realitas kehidupan yang terjadi di indonesia saat ini, bahwa “status sosial seseorang sangat ditentukan oleh keberadaan status ekonominya semata”. Situasi seperti ini tanpa kita sadari merupakan ladang emas bagi tumbuh suburnya watak individuil, penjilat, korup dan lain sebagainya yang mengancam keberlangsungan generasi muda Indonesia. Prilaku diskriminatif yang kian merajalela, kemiskinan kolektif membudaya akibat dari kecilnya akses terhadap berbagai fasilitas dan ketidak tersediaannya lapangan pekerjaan yang diberikan oleh pemerintah. Bahwa faktor kemiskinanlah yang menjadi tolak ukur turunnya derajat seseorang. Hal ini yang mendasari KOMSAN memilih naskah “HAH” untuk di persembahkan kepada saudara sekalian dalam balutan tontonan dan dialog kebudayaan pada tanggal 4 dan 5 maret 2013 pukul 19.00 Wib di UPT Taman Budaya Kalbar Jl. A. Yani Pontianak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar